saya agak sedikit bosan ber-microblogging.. bahasa yang ditumpahkan gak bisa sepenuhnya.. harus dibikin sesingkat mungkin.. saya jadi gak punya kesempatan banyak untuk jadi extra lebay.. hmmh,, bisa sih sebenernya.. tapi yagitudeeeh... :p oleh karena itu, MP tolong terima saya kembali yaa.. :)
saya cerita tentang latest daily life ya..
Tadi pas lagi jemur baju, saya terngiang-ngiang sms dari bos di kantor magang saya sekarang. Soalnya, saya minta izin gak datang hari ini dan siaran rekaman-nya digantiin sama temen yang kebetulan emang sedang siaran on air.
Trus saya juga inget artikel tentang tanda-tanda orang yang lebih pintar dari teman-teman sebayanya. Biasanya mereka adalah orang yang paling cepat bosan kalau berada di dalam satu kelas dan diberikan materi yang sama.
Saya jadi inget seseorang di kampus saya. Guru pertama saya saat mulai mencoba bergelut di dunia broadcasting. Beliau bener sangat pintar. Tapi kurang mau bersosialisasi sama lingkungan sekitarnya. Entah kenapa saya sangat yakin, kalau dia mau sebenarnya dia bisa, tapi dia gak mau.
Saya juga inget sama teori mengidolakan seseorang yang saya ciptakan sendiri. Bahwa orang yang kita idolakan, sebenarnya adalah gambaran nyata dari expektasi kita terhadap diri, yang belom berhasil tercapai. Sehingga kalau ngeliat ada orang yang berhasil mencapainya, kita jadi kagum dan lalu mengidolakan orang tersebut.
Saat ini saya sedang mengidolakan seseorang. Tidak seperti kebanyakan orang lainnya, saya pertama kali mengetahui orang tersebut dari sebuah gameshow di layar kaca. Pertamanya, saya suka sama cara dia menghibur. Entertaining sekali. Saya mulai cari tahu tentang dia. Dan fakta mengejutkan yang saya dapat, ternyata dia juga berangkat dari dunia broadcast. Seandainya mau dibilang selebriti, bisa dikatakan dia sedang naik daun. Tapi kelihatannya dia tidak terlalu nyaman disebut selebriti dan punya fans. Jadi, sebut saja karirnya tengah menanjak.
Di awal perhelatan World Cup 2010 kemaren, dia dikirim ke Afsel untuk life report dari sana. Walau tidak di Afsel sampai akhir World Cup, sepulangnya dari sana, dia jadi presenter rerun petandingan sepakbola. Dan saat ini pun dia masih di gameshow tersebut plus siaran juga.
Di beberapa interview kemaren, saya ditanya kenapa mau siaran di tempat yang sekarang, whiches bukan radio komersial. Sejujurnya saya juga pernah nanya hal serupa sebelumnya ke diri saya sendiri. Kenapa saya mulai dari radio kampus dan ikut daftar ke radio yang sekarang juga? Bukannya nyari radio yang jelas-jelas komersial. Tapii, siapa bilang saya gak daftar? :p
Sambil baca-baca email di milis penyiar, saya nemu jawabannya. Seperti yang dibilang mas Eko Junor, kurang lebih seperti ini: Lakukan saja yang terbaik di perusahaan manapun yang memberikan kesempatan untuk kamu. Terus berlatih dan asah kemampuan disana. Dijamin, gak kalah kok sama yang jebolan komersial.
Jadi, siapa bilang saya gak ikutan daftar-daftar sana-sini?? Daftar kok, cuma belom dapet aja kesempatannya. :p Dan saat kembali setelah vakum dari radio kampus, saya gak langsung lancar. Butuh penyesuaian dulu lagi juga.
Jadi inget my previous post, mungkin ada diantara kalian yang masih ingat. Tentang kata-kata papah saya yang saya jadiin quote: dapek nan di hati, ndak dapek kahandak hati
Bismillahirrahmanirrahiimm
Mudah-mudahan masalah mood saya yang sering sekali naik turun ini bisa dikontrol. Dan memang untuk mendapatkan sesuatu apapun gak ada yang instan. Butuh pengorbanan dan perjuangan.
Ayo fichaaa.. jangan menyeraah.. terus berusahaa.. waka-waka.. :D
saya cerita tentang latest daily life ya..
Tadi pas lagi jemur baju, saya terngiang-ngiang sms dari bos di kantor magang saya sekarang. Soalnya, saya minta izin gak datang hari ini dan siaran rekaman-nya digantiin sama temen yang kebetulan emang sedang siaran on air.
Trus saya juga inget artikel tentang tanda-tanda orang yang lebih pintar dari teman-teman sebayanya. Biasanya mereka adalah orang yang paling cepat bosan kalau berada di dalam satu kelas dan diberikan materi yang sama.
Saya jadi inget seseorang di kampus saya. Guru pertama saya saat mulai mencoba bergelut di dunia broadcasting. Beliau bener sangat pintar. Tapi kurang mau bersosialisasi sama lingkungan sekitarnya. Entah kenapa saya sangat yakin, kalau dia mau sebenarnya dia bisa, tapi dia gak mau.
Saya juga inget sama teori mengidolakan seseorang yang saya ciptakan sendiri. Bahwa orang yang kita idolakan, sebenarnya adalah gambaran nyata dari expektasi kita terhadap diri, yang belom berhasil tercapai. Sehingga kalau ngeliat ada orang yang berhasil mencapainya, kita jadi kagum dan lalu mengidolakan orang tersebut.
Saat ini saya sedang mengidolakan seseorang. Tidak seperti kebanyakan orang lainnya, saya pertama kali mengetahui orang tersebut dari sebuah gameshow di layar kaca. Pertamanya, saya suka sama cara dia menghibur. Entertaining sekali. Saya mulai cari tahu tentang dia. Dan fakta mengejutkan yang saya dapat, ternyata dia juga berangkat dari dunia broadcast. Seandainya mau dibilang selebriti, bisa dikatakan dia sedang naik daun. Tapi kelihatannya dia tidak terlalu nyaman disebut selebriti dan punya fans. Jadi, sebut saja karirnya tengah menanjak.
Di awal perhelatan World Cup 2010 kemaren, dia dikirim ke Afsel untuk life report dari sana. Walau tidak di Afsel sampai akhir World Cup, sepulangnya dari sana, dia jadi presenter rerun petandingan sepakbola. Dan saat ini pun dia masih di gameshow tersebut plus siaran juga.
Di beberapa interview kemaren, saya ditanya kenapa mau siaran di tempat yang sekarang, whiches bukan radio komersial. Sejujurnya saya juga pernah nanya hal serupa sebelumnya ke diri saya sendiri. Kenapa saya mulai dari radio kampus dan ikut daftar ke radio yang sekarang juga? Bukannya nyari radio yang jelas-jelas komersial. Tapii, siapa bilang saya gak daftar? :p
Sambil baca-baca email di milis penyiar, saya nemu jawabannya. Seperti yang dibilang mas Eko Junor, kurang lebih seperti ini: Lakukan saja yang terbaik di perusahaan manapun yang memberikan kesempatan untuk kamu. Terus berlatih dan asah kemampuan disana. Dijamin, gak kalah kok sama yang jebolan komersial.
Jadi, siapa bilang saya gak ikutan daftar-daftar sana-sini?? Daftar kok, cuma belom dapet aja kesempatannya. :p Dan saat kembali setelah vakum dari radio kampus, saya gak langsung lancar. Butuh penyesuaian dulu lagi juga.
Jadi inget my previous post, mungkin ada diantara kalian yang masih ingat. Tentang kata-kata papah saya yang saya jadiin quote: dapek nan di hati, ndak dapek kahandak hati
Bismillahirrahmanirrahiimm
Mudah-mudahan masalah mood saya yang sering sekali naik turun ini bisa dikontrol. Dan memang untuk mendapatkan sesuatu apapun gak ada yang instan. Butuh pengorbanan dan perjuangan.
Ayo fichaaa.. jangan menyeraah.. terus berusahaa.. waka-waka.. :D
17 komentar:
Posting Komentar